Sejarah Sabung Ayam Di Indonesia

Sejarah

www.id303.net

Di Indonesia

Adu Ayam Jago atau umumnya dimaksud dengan sabung ayam yakni permainan yg sudah di kerjakan orang-orang di kepulauan Nusantara mulai sejak jaman dulu. Permainan ini yakni pertandingan ayam jago yg mempunyai taji serta kadang-kadang taji ayam jago ditambahkan dan terbuat dari logam yg runcing. Permainan Sabung Ayam di Nusantara sebenarnya bukan cuma satu permainan hiburan semata untuk orang-orang, namun yakni satu narasi kehidupan baik sosial, budaya maupun politik.

Permainan Sabung Ayam di pulau Jawa datang dari folklore (narasi rakyat) Cindelaras yg mempunyai ayam sakti serta diundang oleh raja Jenggala, Raden Putra untuk mengadu ayam. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu prasyarat, apabila ayam Cindelaras kalah jadi ia bersedia kepalanya dipancung, namun apabila ayamnya menang jadi 1/2 kekayaan Raden Putra jadi punyai Cindelaras. Dua ekor ayam itu berlaga dengan gagah berani. Namun kurun waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menundukkan ayam sang Raja. Beberapa pirsawan bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras serta ayamnya. Selanjutnya raja mengaku kehebatan ayam Cindelaras serta sadar apabila Cindelaras tdk beda yaitu putranya sendiri yg lahir dari permaisurinya yg terbuang karna iri dengki sang selir.

Sabung ayam juga jadi satu peristiwa politik waktu dulu. Cerita kematian Prabu Anusapati dari Singosari yg terbunuh pas melihat sabung ayam. Kematian Prabu Anusapati jalan pada hari Budha Manis atau Rabu Legi waktu di kerajaan Singosari lagi tengah jalan keramaian di Istana Kerajaan salah nya ialah pertunjukan sabung ayam. Ketentuan yg berlaku yaitu siapa saja yg dapat masuk dalam arena sabung ayam dilarang membawa senjata atau keris. Terlebih dulu Anusapati pergi ke arena sabung ayam, Ken Dedes ibu Anusapati memberikan nasehat anaknya supaya jangan pernah melepas keris pusaka yg dipakainya apabila kehendaki melihat sabung ayam yg diadakan di Istana, namun sebentar sabung ayam belum pula ditangani Anusapati terpaksa membebaskan kerisnya atas tekanan Pranajaya serta Tohjaya. Pada pas itu diarena jalan kekacauan serta lalu peristiwa yg diresahkan Ken Dedes jalan di mana kekacauan itu merengut nyawa Anusapati yg tergeletak mati diarena sabung ayam dibunuh adiknya Tohjaya tertusuk keris pusakanya sendiri. Lantas jenasah Anusapati dimakamkan di Candi Penataran serta moment itu masih dikenang orang, Anusapati yaitu kakak dari Tohjaya dengan ibu Ken Dedes serta ayah Tunggul Ametung dan Tohjaya yaitu anak dari Ken Arok dengan Ken Umang itu memanglah diriwayatkan mempunyai kegemaran menyabung ayam. Memang dalam narasi rakyat terlebih Ciung Wanara bercerita apabila keberuntungan serta perubahan nasib seorang ditetapkan oleh kalah menangnya ayam di arena sabung ayam, demikian tentang Anusapati tidak kalah dalam adu ayam namun dalam permainan ini ia terbunuh.

Tengah di Bali permainan sabung ayam dimaksud Tajen. Tajen berasal-usul dari tabuh rah, di antara yadnya (upacara) dalam orang-orang Hindu di Bali. Tujuannya mulia, yaitu mengharmoniskan jalinan manusia dengan bhuana agung. Yadnya ini runtutan dari upacara yg sarananya gunakan binatang kurban, seperti ayam, babi, itik, kerbau, serta berbagai jenis hewan peliharaan beda. Persembahan itu ditangani lewat langkah nyambleh (leher kurban dipotong sesudah dimanterai). Terlebih dulu juga ditangani ngider serta perang sata dengan peralatan kemiri, telur, serta kelapa. Perang sata yaitu pertarungan ayam dalam rangkaian kurban suci yg ditangani tiga partai (telung perahatan), yg melambangkan penciptaan, pemeliharaan, serta pemusnahan dunia. Perang sata yakni lambang perjuangan hidup.

Rutinitas ini telah lama ada, bahkan juga sejak mulai jaman Majapahit. Saat itu pakai arti menetak gulu ayam. Selanjutnya tabuh rah merembet ke Bali yg berawal dari pelarian beberapa orang Majapahit, kurang lebih th. 1200.

Sama dengan berbagai kegiatan beda yg ditangani orang-orang Bali dalam melakukan ritual, terutama yg sehubungan dengan penguasa jagad, tabuh rah mempunyai arahan yg bertumpu pada basic sastra. Tabuh rah yg